Siapa Namamu

Kedai yang menjual ayam dan kentang adalah tempat yang ditujunya. Kedai itu sudah terlihat, tapi rasanya ayunan larinya tak segera membawanya sampai. Pikirannya bercampur antara tak sabar, bayangan ayam dan kentang yang sedap, dan rasa lapar. Pikirannya penuh semangat, tapi lapar membuat kaki-kakinya lemah.

“Hei, Hugo. Kau tak main bola bersama kami?” seorang anak menghentikan keasyikannya bermain sepak bola, sementara beberapa temannya yang lain serentak ikut berhenti.

“Ah, nantilah. Aku sedang sibuk sekali,” jawabnya tanpa memperlambat sedikit pun kecepatan berlarinya.

“Sibuk apa dia rupanya?” tanya seorang anak yang bertubuh paling pendek di antara mereka yang bermain bola. Yang ditanya, yaitu anak yang memanggil Hugo tadi cuma mengangkat kedua bahunya. Karena tak ada jawaban apa pun, maka permainan sepak bola di tanah lapang di dekat pasar itu berlanjut lagi. Kaki-kaki kecil berebut bola untuk di tendang kencang-kencang. Suara mulut yang beradu dengan gedebug kaki-kaki mereka menghentak tanah berdebu adalah suara yang setiap waktu terdengar di sana.

Hugo sudah sampai di kedai sekarang. Nafasnya tersengal-sengal dan ia merasa matanya berkunang-kunang. Berlari dalam lapar seringkali membuatmu merasa mau mati

Tags: